MENJAGA AKAR DI TENGAH BADAI: PENDIDIKAN MODERAT BERBASIS LOCAL WISDOM PERSPEKTIF SYEKH SULAIMAN AR-RASULI DI ERA KRISIS IDENTITAS
Kata Kunci:
Pendidikan Islam, Kearifan Lokal, Moderasi, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Krisis Identitas, MinangkabauAbstrak
Artikel ini mengkaji pemikiran pendidikan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli sebagai solusi terhadap krisis identitas generasi muda Minangkabau di era globalisasi. Globalisasi telah menyebabkan tergerusnya nilai-nilai lokal dan spiritual generasi muda yang tercermin dalam lunturnya semangat adat dan agama, serta meningkatnya individualisme, hedonisme, dan penyimpangan moral. Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, tokoh ulama Minangkabau, menawarkan model pendidikan Islam yang moderat dan berbasis kearifan lokal dengan pendekatan integratif antara adat dan syarak. Melalui konsep pendidikan yang menekankan pada akhlakul karimah, keilmuan berbasis Al-Qur’an dan Hadis, serta pentingnya peran institusi tradisional seperti surau, madrasah, dan rumah gadang, pendidikan tidak hanya menjadi sarana transfer ilmu tetapi juga penjaga identitas dan karakter. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan, dan menghasilkan pemikiran bahwa aktualisasi pendidikan moderat lokal ala Ar-Rasuli dapat memperkuat karakter generasi muda dalam menghadapi tantangan modernitas.
This article explores the educational thought of Syekh Sulaiman Ar-Rasuli as a solution to the identity crisis among Minangkabau youth in the era of globalization. The impact of globalization has eroded local and spiritual values among the younger generation, leading to a decline in traditional norms, religious commitment, and a rise in individualism, hedonism, and moral deviation. Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, a prominent Minangkabau scholar, offers a moderate Islamic educational model rooted in local wisdom that integrates the principles of adat (tradition) and syarak (Islamic law). Emphasizing moral education (akhlakul karimah), knowledge based on the Qur’an and Hadith, and the revitalization of traditional institutions such as surau, madrasah, and rumah gadang, education becomes a tool for both knowledge transmission and identity preservation. Using a qualitative method through library research, this study concludes that the actualization of Ar-Rasuli’s moderate and culturally rooted educational philosophy is essential for strengthening youth identity amidst modern challenges.