PROBLEMATIKA IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DI SD ISLAM TERPADU MUTIARA
Kata Kunci:
Problematika, Implementasi, Kurikulum MerdekaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menguraikan tantangan yang muncul dalam penerapan kurikulum merdeka di SDIT Mutiara Pelabuhanratu. Penelitian ini dipicu oleh adanya fenomena menurunnya kualitas pembelajaran karena perubahan dari metode tatap muka menjadi pembelajaran daring melalui berbagai aplikasi media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala sekolah, wakil kurikulum, dan majelis guru, serta observasi di SDIT Mutiara. Hasil wawancara dianalisis secara deskriptif untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis menunjukkan adanya tantangan dalam implementasi kurikulum merdeka yang berasal dari pemerintah, antara lain: 1. kurangnya pembimbingan dan pendampingan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. 2. Fasilitas belajar yang belum terpenuhi sepenuhnya di SDIT Mutiara menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Kurangnya kejelasan dan ukuran yang pasti dalam melaksanakan proyek menyebabkan ambiguitas dalam memahami bagi beberapa guru. 4. Keterbatasan jumlah jam pelajaran dalam kurikulum merdeka menjadi hambatan bagi guru dalam mendalami materi ajar.
This research aims to comprehend and delineate the challenges arising in the implementation of the Merdeka curriculum at SDIT Mutiara Pelabuhanratu. The study is prompted by the phenomenon of declining teaching quality due to the shift from face-to-face methods to online learning through various social media applications. The research method used is qualitative descriptive. Data were collected through interviews with the school principal, curriculum deputy, and the teachers' council, as well as observations at SDIT Mutiara. Interview results were analyzed descriptively to address the research questions. The analysis indicates challenges in the implementation of the Merdeka curriculum originating from the government, including: 1. Lack of guidance and support in the implementation of the Merdeka curriculum. 2. Incomplete fulfillment of learning facilities at SDIT Mutiara poses a hindrance to teaching implementation. 3. Lack of clarity and definite criteria in project implementation leads to ambiguity for some teachers. 4. The limited number of teaching hours in the Merdeka curriculum becomes an obstacle for teachers to delve into teaching materials.