PENGGUNAAN BAHASA DAERAH DI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP BAHASA INDONESIA

Penulis

  • Hanapi Universitas Hamzanwadi
  • Siti Nopa Rahmawati Putri Universitas Hamzanwadi
  • Selina Farhiyani Universitas Hamzanwadi
  • Husnawati Universitas Hamzanwadi
  • Ria Arlina Universitas Hamzanwadi

Kata Kunci:

Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, Lingkungan Sekolah, Pengaruh Kebahasaan, Sosiolinguistik

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa daerah di lingkungan sekolah serta menganalisis dampak positif dan negatifnya terhadap kemampuan berbahasa Indonesia siswa di SMAN 2 Selong. Latar belakang penelitian ini berangkat dari fenomena bahwa bahasa daerah, khususnya bahasa Sasak, masih digunakan secara dominan dalam komunikasi sehari-hari di lingkungan sekolah, meskipun bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap guru serta siswa untuk memperoleh gambaran nyata mengenai kebiasaan berbahasa dan implikasinya terhadap keterampilan berbahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 72% siswa lebih sering menggunakan bahasa Sasak dalam komunikasi informal di luar kelas, 20% menggunakan bahasa Indonesia secara konsisten, dan 8% lainnya menunjukkan kecenderungan campur kode. Dominasi bahasa daerah ini dipengaruhi oleh faktor kebiasaan keluarga (40%), lingkungan pertemanan (35%), serta kenyamanan berbahasa (25%). Penggunaan bahasa daerah memberikan dampak positif, antara lain memperkuat identitas budaya lokal (78%), meningkatkan solidaritas sosial (74%), dan mengembangkan kemampuan bilingual siswa (60%). Namun, ditemukan pula dampak negatif, seperti kesalahan struktur bahasa Indonesia (40%), pelafalan berlogat daerah (15%), serta interferensi linguistik dan penurunan keterampilan menulis formal (20%). Temuan ini menunjukkan bahwa bahasa daerah memiliki fungsi sosial dan budaya yang penting, tetapi perlu pengelolaan yang tepat agar tidak menghambat penguasaan bahasa Indonesia secara akademik. Sekolah diharapkan mampu menciptakan kebijakan kebahasaan yang seimbang melalui pembinaan berbahasa Indonesia tanpa mengabaikan nilai-nilai budaya daerah. Dengan demikian, siswa dapat menjadi penutur bilingual yang cerdas, mampu menjaga kelestarian bahasa daerah, sekaligus menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.

This study aims to describe the use of regional languages in the school environment and analyze their positive and negative impacts on students' Indonesian language skills at SMAN 2 Selong. The background of this study stems from the phenomenon that regional languages, particularly Sasak, are still predominantly used in daily communication in the school environment, even though Indonesian serves as the language of instruction. This study used qualitative methods with a descriptive approach. Data were collected through observation, interviews, and documentation with teachers and students to obtain a clear picture of language habits and their implications for Indonesian language skills. The results show that approximately 72% of students use Sasak most frequently in informal communication outside the classroom, 20% use Indonesian consistently, and 8% exhibit a tendency to code-mix. This regional language dominance is influenced by family habits (40%), friendships (35%), and language comfort (25%). The use of regional languages has positive impacts, including strengthening local cultural identity (78%), increasing social solidarity (74%), and developing students' bilingual skills (60%). However, negative impacts were also found, such as errors in Indonesian language structure (40%), pronunciation with regional accents (15%), and linguistic interference and a decline in formal writing skills (20%). These findings indicate that regional languages have important social and cultural functions, but they require proper management to prevent them from hindering academic mastery of Indonesian. Schools are expected to create balanced language policies through Indonesian language development without neglecting regional cultural values. This way, students can become intelligent bilingual speakers, able to preserve regional languages, while also mastering good and correct Indonesian.

Unduhan

Diterbitkan

2025-11-30